SBY Isyaratkan PD Koalisi dengan Gerindra dan PKS Atau Bentuk Boros Baru

Jiromedia.com -Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyatakan partainya akan melahirkan seorang pemimpin baru, menuai kontroversi. Bahkan, disebut-sebut pernyataan itu sekaligus menjadi indikasi adanya sinyal Partai Demokrat (PD) tidak akan berkoalisi dengan incumbent Joko Widodo (Jokowi). Melainkan, bergabung dengan partai Partai Gerindra-PKS, atau membentuk Poros Baru di Pilpres 2019.

"Dengan pernyataan Pak SBY jelas Demokrat akan bergabung ke partai oposisi dalam hal ini partai Gerindra dan PKS, atau membentuk poros baru," ujar Direktur eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo di Jakarta, Senin (23/4/2018).

Dengan pernyataan SBY yang mengatakan akan lahir pemimpin baru adalah indikator bahwa pertemuan Menkopolhukam Wiranto dengan SBY tidak ada deal antara Jokowi dengan SBY.

"Itu terjadi karena sampai saat ini eletabilitas Pak Jokowi belum aman masih kisaran 40-50 persen. Karenanya dimanfaatkan oleh Demokrat, PKB dan PAN," ujar Karyono.

Menurut Karyono, sejauh ini ada tiga partai, yakni PAN, PKB dan partai Demokrat yang belum memberikan pernyataan akan mendukung Jokowi di Pilpres 2019.

Angin Segar

Disisi lain, Pernyataan SBY akan ada pemimpin baru memberi angin segar bagi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 nanti. "Ya itu angin segar bagi perkembangan pilpres dan demokrasi di Indonesia," kata Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi,   di gedung DPR RI, Jakarta, Senin (23/4/2018).

Viva melanjutkan, jika Partai Demokrat dan SBY serius mendorong poros baru atau ketiga Pilpres 2019, itu akan sangat baik. Sebab, tegas Viva, semakin banyak calon maka kian banyak alternatif rakyat memilih. Pilpres pun akan semakin dinamis.

Bagi PAN, kata Viva, tidak boleh hanya ada satu pasangan calon saja. Harus lebih dari satu pasangan. Dia yakin, dalam kondisi seperti ini sangat memunculkan dua hingga tiga pasangan calon.

"Dengan kondisi seperti ini, siapa pun pemenangnya kalau dijalankan dengan proses Pemilu luber (langsung umum bebas rahasia), jurdil (jujur dan adil), itu merupakan keputusan rakyat sebagai wasitnya,"ujarnya.

Penggiringan Opini

Adapun Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan, SBY tidak pernah menyebut apalagi bermaksud bahwa pemimpin baru yang disebutkan adalah sosok baru dalam Pilpres 2019.

Hinca bercerita, pernyataan SBY tersebut dalam rangka menanggapi pertanyaan seorang warga, Supandi Harsono yang menyampaikan keinginannya agar SBY maju mencalonkan diri kembali sebagai Presiden.

"Pertanyaan ini juga ditanyakan seorang warga pada acara Dialog SBY dengan masyarakat Kabupaten Tangerang pada siang hari ini," kata Hinca lewat keterangannya di Jakarta, Senin (23/4/2018).

Hinca melanjutkan, saat itu secara tegas SBY menjawab bahwa secara konstitusi, tidak mengizinkan bagi dirinya untuk maju lagi sebagai Presiden Indonesia. Selain itu, SBY juga mengatakan bahwa dua periode atau 10 tahun kepemimpinan beliau sudahlah cukup.

"Selanjutnya SBY menjelaskan, 'Insya Allah, Partai Demokrat, saya SBY akan mencalonkan nanti pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang, Insya Allah, mengerti yang diharapkan rakyat'," imbuh Hinca.

Hinca menjelaskan, dalam konteks masa depan, SBY menjelaskan, nantilah, Insya Allah, akan ada pemimpin-pemimpin baru yang amanah, yang cinta rakyat, memikirkan rakyat, cerdas kemudian kebijakan dan programnya baik.

"Dan SBY tidak pernah menyampaikan '2019'. Untuk diketahui bersama bahwa sampai dengan saat ini, Partai Demokrat belum menentukan pasangan Capres dan Cawapres yang akan diusung Partai Demokrat pada Pemilu 2019," tegas Hinca. [htc]

Subscribe to receive free email updates: