3 Perbedaan Laki-laki yang Disunat dan Tidak Disunat, Yang Terakhir Gampang Kena Penyakit!



Sunat mungkin adalah prosedur pembedahan elektif yang paling sering dilakukan pada pria.
Sederhananya, sunat dapat digambarkan sebagai pengangkatan kulit kulup penis, alias preputium.
Sunat biasanya tidak diwajibkan secara medis, namun dapat dilakukan untuk berbagai alasan (tradisi budaya, keyakinan agama, kebersihan pribadi). 
Pertanyaannya kemudian, apakah “bebas kulup” benar mempengaruhi gairah — untuk pria atau wanita?
Benarkah penis yang disunat lebih sehat? 
Apa bedanya penis yang disunat dan tidak?
Satu-satunya perbedaan antara penis yang disunat dan tidak adalah, penis yang tidak disunat masih memiliki kulup yang menempel di ujung kepala penis.
Sementara, yang disunat tidak.
Selain itu, tidak ada lagi karakteristik fisik spesifik yang membedakan keduanya.
Bagaimana dengan cara kerja atau sensasi yang didapat dari keduanya?
1. Sensitivitas
Penis yang tidak disunat
Kulup mewakili setidaknya sepertiga dari kulit penis.
Kulup berfungsi melindungi kepala penis dari abrasi dan kontak langsung dengan pakaian.
Kulup juga bisa meningkatkan rangsangan seksual dengan menggeser atas dan bawah pada batang, merangsang kelenjar dengan bergantian menutup dan mengeksposnya.
Hal ini dapat terjadi selama masturbasi atau hubungan seksual.
Kulit kulup akan mengerut mundur saat mendapat ereksi, keberadaannya tidak akan membawa pengaruh besar pada gairah seks Anda dan pasangan, walaupun dengan adanya kulup ini gesekan bisa diminimalisir, dan pelumasan tambahan tidak diperlukan — berkat kehadiran smegma, sekresi cairan yang berada di balik kulit kulup.
Penis yang disunat
Tanpa kulup, kulit kepala penis yang biasanya lembab karena selaput lendir menjadi kering dan semakin menebal sebagai reaksi dari gesekan terus-menerus.
Bagian paling sensitif dari penis sekarang adalah bekas luka sunat.
Perubahan ini bisa mengakibatkan sensitivitas menurun selama hubungan seksual, terutama dari “reseptor saraf sentuhan,” yang sangat responsif terhadap sentuhan ringan.
Namun, para pakar berargumen bahwa sentuhan ringan tidak harus menjadi satu-satunya jenis rangsangan yang dibutuhkan saat berhubungan seks.
“Selama hubungan seksual seseorang cenderung tidak menggunakan sentuhan ringan; sentuhan justru lebih dalam, dan bagian yang berbeda dari tubuh menjadi sensitif dengan cara yang berbeda,” kata Debby Herbenick, Ph.D, profesor seks, dilansir dari Men’s Health.
Di sisi lain, berkat insensitivitas dari penebalan kulit kepala penis setelah sunat, Anda mungkin akan dapat menunda orgasme.
Dalam sebuah studi di Turki, pria dewasa yang disunat saat dewasa diminta untuk mengukur waktu lama mencapai klimaks, sebelum dan sesudah sunat.
Mereka melaporkan adanya tambahan penguluran waktu hingga 20 detik setelah disunat.
2. Kebersihan
Penis yang tidak disunat
Pada kepala penis, ada kelenjar yang memproduksi cairan, disebut smegma, yang memungkinkan kulup untuk bergerak membuka dan menutupi puncak kepala penis dengan mudah.
Ketika kepala penis tidak rutin dibersihkan, cairan ini menumpuk bersama sel kulit mati, bakteri, kuman, kadang juga pasir dan kotoran sehingga memproduksi bau tidak sedap dan bisa mengiritasi kulit, menyebabkan peradangan atau bahkan infeksi baik pada kulup atau kelenjar.
Tapi, smegma pada umumnya tidak berbahaya dan dapat dengan mudah diatasi dengan kebersihan pribadi yang baik. Secara umum tidak perlu menghubungi dokter.
Penis yang disunat
Tidak adanya kulit kulup akan menghemat waktu saat membersihkan tubuh, walaupun tidak scara signifikan.
Namun, beberapa wanita mungkin merasa lebih ‘bersih’ saat berhubungan seks dengan pria yang disunat.
Hal ini bisa meningkatkan fungsi seksual wanita,” kata ginekolog Alyssa Dweck, M.D, dilansir dari Shape.
3. Kesehatan
Penis yang tidak disunat
Ketika seorang pria tidak disunat, uap air dapat terjebak antara penis dan kulup, menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk berkembang biak.
Pria yang tidak disunat juga lebih mungkin untuk menularkan setiap infeksi yang mereka miliki, termasuk infeksi ragi, infeksi saluran kencing (ISK), dan penyakit kelamin (terutama HPV dan HIV), misalnya herpes genital, bisul genital, chancroid, dan sifilis.
Penis yang tidak disunat bahkan juga menempatkan pasangan wanita Anda pada peningkatan risiko penyakit kelamin, dengan kejadian herpes genital, Trichomonas vaginalis, bacterial vaginosis, HPV menular seksual (yang menyebabkan kanker serviks), dan mungkin klamidia hingga lima kali lebih banyak daripada wanita yang memiliki pasangan seks yang telah disunat.
Juga penting untuk dicatat bahwa memiliki kulup adalah faktor risiko nomor satu untuk infeksi HIV pada pria heteroseksual.
Pria yang tidak disunat memiliki 2-8 kali lipat risiko HIV lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang disunat.
Penjelasan lain yang mungkin adalah, kulit kulup rentan robek saat berhubungan seks, yang akan memberikan virus dan bakteri sebuah jalur mudah untuk masuk ke dalam tubuh Anda.
Beberapa masalah lain yang terkait dengan kulup di orang-orang yang tidak disunat meliputi:
  •     Kulup tidak dapat ditarik kembali di belakang kepala penis karena terlalu ketat
  •     Kulup, setelah ditarik kembali, menjadi “macet” terperangkap di belakang kepala penis; ini adalah keadaan darurat medis karena dapat menyebabkan kerusakan permanen pada penis. Anda harus segera kunjungi dokter.
  •     Sebuah kondisi yang jarang di mana terbentuk jaringan parut di ujung penis, mengencangkan kulup di sekitar kepala penis; ini akan menyulitkan kulup untuk ditarik kembali.
Penis yang disunat
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan bahwa secara medis sunat laki-laki bisa membantu mengurangi risiko tertular HIV dan beberapa infeksi lainnya menular seksual (IMS) serta masalah kesehatan lainnya pada pria saat berhubungan seks vaginal.
Prosedur tersebut belum terbukti mengurangi risiko infeksi melalui seks oral atau anal, atau untuk mengurangi risiko penularan HIV pada partner wanita.
Sunat mengurangi risiko infeksi HIV sebesar 50 persen menjadi 60 persen, pedoman CDC mencatat.
Prosedur ini juga mengurangi 30 persen risiko herpes tertular dan virus papiloma manusia (HPV), dua patogen diyakini menyebabkan kanker penis (sunat bayi memberikan perlindungan dari kanker penis, yang hanya terjadi di kulup.)
Sunat dini juga mengurangi risiko infeksi saluran kemih pada bayi, sesuai dengan pedoman CDC, disadur dari WebMD.
Garis besarnya, tidak ada begitu banyak perbedaan besar untuk kedua jenis penis dalam urusan ranjang maupun kebersihan personal — termasuk performa penis itu sendiri, karena masalah seputar penis, seperti impotensi, ejakulasi prematur, atau iritasi dapat terjadi dengan atau tanpa sunat. 
Kedua tipe penis bekerja sama baiknya, dan merasakan sensasi sama baiknya.
Sampai sejauh ini, perbedaan sensasi antara penis yang disunat dan tidak hanya merupakan cerita anekdotal, dan bisa berbeda bagi setiap orang.
Namun, apapun masalahnya, penting untuk dipahami bahwa sunat tidak termasuk sebagai perlindungan keseluruhan dari infeksi dan penyakit kelamin menular, atau sebagai pengganti kondom.
Memakai kondom masih merupakan cara terbaik untuk melindungi diri dari penyakit menular seksual jika Anda aktif secara seksual. 

Subscribe to receive free email updates: