Infoteratas.com - Para pedagang pakaian di Blok G, Tanah Abang, mengeluhkan sepinya pembeli semenjak pergantian Gubernur dan Wakil Gubernur DKI.
Apalagi, pedagang kaki lima (PKL) kembali memenuhi jalan raya serta trotoar sekitar Tanah Abang.
"Sampai jam 13.00 WIB, saya baru jual satu pakaian ini, biasanya sudah mengantongi Rp 1 juta sampai siang, sekarang buat makan saja sudah syukur," tutur pedagang Blok G Hermen Pilly saat ditemui Tribun, Jakarta, Sabtu (23/12/2017).
Hermen yang sebelumnya merupakan PKL dan dipindahkan ke Blok G, saat zaman Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), merasa senang karena omsetnya berdagang sampai jutaan dalam satu hari.
"Harusnya Gubernur yang baru buat tertib Tanah Abang, pindahkan PKL ke Blok G, ramaikan Blok G ini jadi tidak ada yang Dagang di jalan-jalan," papar Hermen.
Ahmad Taufik yang juga merupakan pedagang pakaian di Blok G, mengaku heran dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang memperbolehkan berdagang di jalan raya.
Zaman Pak Jokowi, itu diatur PKL dan diberikan tempat di Blok G, kami semua PKL ikut dan awalnya ramai sampai omset kita naik hampir 100 persen," tutur Ahmad.
Namun, semenjak pergantian Gubernur Jakarta dan akhirnya PKL diizinkan berdagang di jalan, omset turun sangat tajam sampai 90 persen, bahkan setiap harinya belum tentu laku.
"Jujur ya, sampai jam segini (13.00 WIB), dagangan saya belum laku satu pun, padahal dulu sangat ramai, orang udah malas kesini, karena PKL di depan stasiun (Tanah Abang) sudah ramai," ucap Ahmad.
Sementara itu ungkapan serupa juga dikatakan pedagang jeans, Jefri di Pasar Tanah Abang yang juga akan turun menjadi PKL bila pedagang diizinkan untuk berjualan di jalanan.
"Mungkin ke depannya iya akan turun (jadi PKL) juga. Dijadikan kaki lima di sana itu, ke sininya kurang akses. Jauh dampaknya, apalagi kita kan di toko. Para pembeli pada malas untuk naik ke atas," ujar dia.
Selain itu, harga barang berupa jeans yang ditawarkan oleh para PKL menurut Jefry juga lebih murah. Karena para PKL tidak memiliki tanggungan untuk membayar sewa.
"Dia kan lebih murah. Apalagi barangnya ambil dari distributor (yang sama seperti saya) jadi bisa (mereka) bisa jauh lebih murah daripada (barang) di toko," kata dia.
Hal tersebut diungkapkan Pedagang Sepatu di Pasar Tanah Abang, Blok G Nasri. Nasri mengaku, sebelum PKL difaslitasi saja, dia mengalami penurunan omzet. Apalagi saat sudah diizinkan, dia khawatir omzet akan semakin kempes. Bila hal tersebut terus terjadi, dirinya akan kembali menjadi PKL.
"Kalau zaman Pak Ahok (Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama) enggak boleh. Zaman pak Anies itu longgar. Kalau di bawah diperbolehkan, kami juga akan turun," ujar dia kepada detikFinance di kiosnya Pasar Tanah Abang Blok G, Jumat (22/12/2017).
Dirinya mengaku omzet penjualannya turun sejak PKL menempati jalan di kawasan strategis tempat penumpang turun dari stasiun. Dirinya mengaku akan segera turun untuk kembali menjadi PKL lagi bila kondisi penjualan di tokonya terus memburuk.
"Dulu kan kita kena gusuran pas zaman Pak Yos (Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso) kalau gini secepatnya akan turun," ungkap dia.
Anggota DPRD: Konsep Tanah Abang Agak Aneh, Jalan Dijadikan Pasar
Anggota Komisi D Bidang Pembangunan DPRD DKI Bestari Barus mengatakan, penataan Pasar Tanah Abang tersebut adalah hak Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.
"Itu haknya gubernur. Ya itu gubernur kan sangat ingin memberikan kemudahan bagi warga," kata Bestari saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (22/12/2017).
Namun ia cukup heran dengan cara yang ditempuh Anies itu. Tidak sepantasnya jalan umum dijadikan area berjualan.
"Saya kira agak aneh ya jalan umum dijadikan pasar," ujar Bestari.
Bestari mengaku belum pernah melihat ada kajian seperti yang dilakukan Anies yang menjadikan jalan umum sebagai tempat berjualan.
Ia ingin Anies bisa melakukan kajian lebih lanjut dengan pihak terkait seperti PD Pasar Jaya untuk menemukan solusi yang lebih baik bagi Tanah Abang. Ia juga khawatir langkah yang sama diterapkan di wilayah lain.
"Pasar kita nggak kurang kok kenapa ditumpuk di Tanah Abang?" tanya Bestari. Ia berpendapat, seharusnya semua tempat dikembalikan lagi sesuai fungsinya.(http://ift.tt/2l25VVX)