Adalah Dahnil Anzar Simanjuntak, mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah yang kini menjadi koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. Dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ini tak ingin bermain tanggung. Ia memutuskan mundur dari posisinya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) demi bekerja total memenangkan Prabowo-Sandi.
Dahnil mengaku tak ingin tanggung berjuang. Sayangnya, di tengah pengorbanannya untuk berjuang memenangkan Prabowo-Sandi, isu tak sedap menerpa Dahnil. Ia diduga terlibat korupsi dalam proyek Kemah Kebangsaan yang diadakan bareng Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrowi dan GP Ansor.
Dahnil tak tahu bagaimana ceritanya proyek senilai dua miliar yang awalnya akan dilakukan dalam bentuk pengajian di lima kota lalu berubah menjadi Kemah Kebangsaan.
Dahnil bergeming. Ia mengaku tak takut namanya di kasus korupsi dikait-kaitkan dengan pilihan politiknya. Ia yakin tak bersalah, meski polisi tak menghitung keinginan baiknya dengan mengembalikan uang senilai dua miliar, tapi ia dengan gagah mengatakan siap untuk bekerja sama dengan kepolisian untuk membongkar kasus ini.
Beikut petikan wawancara VIVAdengan Dahnil Anzar SImanjuntak:
Elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi mengalami kenaikan. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh tim pemenangan Prabowo-Sandi hingga berhasil mendongkrak elektabilitas pasangan calon nomor urut 02 ini?
Pertama memang kekuatan Pak Prabowo dan Bang Sandi itu ada pada relawan. Jadi ada akumulasi atau satu kesadaran kolektif dari masyarakat, dari publik bahwa ada yang salah pada pemerintahan Jokowi selama empat tahun terakhir ini. Kalau istilah Pak Prabowo itu “salah urus” gitu lho. Pak Prabowo ini kan pembaca buku ya, makanya kalau diskusi dengan saya itu beliau bilang negara ini salah urus.
Dia mengutip buku Why Nations Failkarangan Daron Acemoglu dan James A. Robinson. Makanya beliau sering melontarkan kata-kata Indonesia bisa punah itu, ya memang bisa punah kalau negara ini kemudian tidak diurus dengan baik. Jadi kalau istilah Daron dan Robinson itu, tidak ada itu negara miskin, tidak ada negara kaya, yang ada itu negara yang diurus dengan baik, dan negara yang tidak diurus dengan baik.
Maksudnya Indonesia akan musnah kalau negara salah urus?
Pendekatan itu yang selalu dipahami oleh Pak Prabowo. Seperti kemarin beliau berpidato, dia mengatakan bahwasanya pilot itu harus cakap. Jadi kalau pilotnya suka mabuk-mabukan atau minum obat atau mabuk dengan pujian segala macamnya yang datang pada dirinya itu, nah itu sudah berbahaya. Kalau dibiarkan, pesawat Indonesia itu bisa crashdown atau akan punah. Nah, itu yang dimaksud oleh Pak Prabowo bahwa negara ini akan punah karena salah urus.
Kaitannya dengan peningkatan elektabilitas Prabowo-Sandi?
Nah, sikap itu terkoneksi dengan kesadaran kolektif publik gitu lho. Jadi sikap Pak Prabowo, sikap Bang Sandi, dan sikap kami ini terkoneksi dengan kesadaran publik, sehingga muncul semangat kesukarelawanan itu.
Kalau kita lihat ke belakang, hampir semua kemenangan Pilpres itu karena ada akumulasi gerakan relawan yang besar, Jadi ada kesadaran yang besar. Pak Jokowi, misalnya, dulu menang karena relawan, Pak SBY juga dulu menang karena ada kesadaran kolektif di masyarakat bahwa kita butuh sosok yang berbeda, misalnya begitu. Nah, hari ini kami merasa arus besar itu sedang ada di kubu Pak Prabowo dan Bang Sandi.
Jadi semata karena adanya kesadaran kolektif publik?
Tentu kami menawarkan harapan, harapan baru. Selama empat tahun ini harapan itu dititipkan kepada Pak Jokowi, namun ternyata harapan itu buyar kan, enggak hadir (harapan) itu. Nah, sekarang harapan itu kita tawarkan kepada publik. Dan kami memastikan kepada publik bahwasanya harapan itu akan kami wujudkan.
Makanya model kampanye Pak Prabowo dan Bang Sandi itu beda kan. Kalau Anda perhatikan pendekatan kampanye yang dilakukan keduanya itu berbeda-beda, dua-duanya itu complimentary, saling melengkapi. Pak Prabowo berbicara hal-hal yang sifatnya ideologis, nasionalistik, idealistik. Coba perhatikan, Pak Prabowo kan selalu berbicara pada hal-hal itu, yang selalu dikatakannya itu nasionalisme, kedaulatan, dan idealistik.
Dan Pak Prabowo sekarang kelihatan lebih lepas, beliau lepas saja sekarang. Tak peduli dengan stigma, bahkan kadang-kadang juga suka menyindir teman-teman wartawan. Jadi menurut kami itu complimentary dengan Bang Sandi.
Itu dari sisi Pak Prabowo. Bagaimana dengan Sandi?
Kalau Bang Sandi kan beliau lebih praksis. Jadi paket ini saling melengkapi, Pak Prabowo menunjukkan seorang leader, sementara Bang Sandi pendekatannya itu seorang manager, praksis. Jadi hal-hal yang sifatnya praksis itu selalu datang dari Bang Sandi, hal-hal yang sifatnya idealis, nasionalistik, dan ideologis itu datang dari Pak Prabowo.
Nah, itu yang kami sebut sebagai dwitunggal. Jadi Pak Prabowo itu sebagai produk yang membingkai praksismenya Bang Sandi dan kemudian Bang Sandi memperkuat idealistik dan ideologisnya Pak Prabowo. Nah kekuatan itu yang kemudian kita tawarkan kepada para relawan dan publik, dan publik kemudian menangkap itu dengan membuat relawan.
Artinya anda ingin menyampaikan bahwa kekuatan Prabowo-Sandi hari ini ada pada tim kerelawanannya?
Iya, Salah satunya adalah di kerelawanan itu, kemudian harapan. Dan blessing-nya, kemudian masyarakat memang melihat Pak Jokowi itu tidak mampu lagi memberikan harapan.
Harapan yang seperti apa yang Anda maksud? Karena dalam kampanyenya, Prabowo dianggap kerap menyampaikan pesimismenya. Misalnya Indonesia akan punah?
Yang menilai pesimisme itu kan bukan publik keseluruhan, yang menilai itu adalah rival politiknya Pak Prabowo-Bang Sandi. Kami sama sekali tidak melihat bahwa yang selalu disampaikan Pak Prabowo dan Bang Sandi itu sebagai hal pesimisme.
Gini lho, untuk menyelesaikan suatu masalah, tentu Anda harus tahu masalahnya apa dan di mana. Jadi itu bukan pesimisme. Dan masalah itu harus dipaparkan kepada publik, jadi kita bukan pesimisme, itu menyampaikan fakta. Jangan sampai kemudian, misalnya sudah tahu pesawat rusak, pilot diam-diam saja, tidak memberitahukan kepada penumpang, dan ketika naik kemudian crashdown.
Nah itu yang kemudian kita istilahkan blessing of unknowing, gitu lho. Jadi kalau itu tidak disampaikan, itu sama saja berbahaya kan.
Jadi yang disampaikan Prabowo-Sandi itu bukan lontaran pesimisme?
Nah, yang disampaikan oleh Pak Prabowo dan Bang Sandi itu rasionalisme, jadi bukan pesimisme. Yang kami sampaikan itu adalah realita, fakta. Jadi yang menyebut pesimisme itu justru lawan politik. karena apa? Karena realisme yang kami sampaikan itu mengganggu mereka, tapi kalau masyarakat yang mendengar itu, ya mereka memang benar-benar mengakui, memang seperti itu kondisi sekarang ini.
Kalau kemudian kesadaran itu tidak disampaikan, akan bahaya buat kita. Jadi keliru sekali kalau ada yang mengatakan apa yang disampaikan Pak Prabowo dan Bang Sandi itu pesimisme. Justru itu adalah fakta.
Apa yang diharapkan dengan penyampaian fakta seperti itu?
Nah, melalui fakta ini lah kami ingin menyampaikan kepada masyarakat, di sini lho yang ingin kita perbaiki. Kalau dalam analogi pilot dalam pesawat tadi, penumpang atau rakyat itu harus tahu apa yang terjadi pada pesawat yang ditumpanginya. Publik harus tahu penyakit kita itu di mana, penyakit kita adalah kedaulatan, penyakit kita adalah masalah martabat.
Kalau Pak Prabowo kan selalu yang diomonginnya itu saja, masalah martabat, kedaulatan, kita tidak berkuasa terhadap sumber daya alam kita sendiri. Nah, kalau Bang Sandi yang dibicarakan selalu penyakit kita adalah lapangan pekerjaan yang susah, harga-harga yang mahal.
Sebenarnya dua hal ini, itu adalah praksismenya dari apa yang selama ini disampaikan oleh Pak Prabowo. Kalau orang paham pola berfikir begitu, dia akan tanggap, oh iya pasangan ini punya dwitunggal yang saling melengkapi.
Dan itu memang strategi yang dimainkan oleh BPN untuk memenangkan pasangan Prabowo-Sandi?
Sederhana, sejak awal Pak Prabowo tidak mau masuk pada debat atau isu identitas. Beliau ingin masuk pada isu yang lebih substansial, makanya yang dipilih beliau adalah Bang Sandi, bukan tokoh agama. Jadi ijtima’ ulama saja bersepakat akan hal itu, karena yang direkomendasikan Ijtima’ ulama itu kan Pak Prabowo sendiri, tentu Pak Prabowo sebagai leader memilih Pak Sandi sebagai calon pendampingnya.
Leader itu begitu, dia berani memutuskan sendiri apa yang menurutnya tepat, dia tidak bisa di-drive atau disetir oleh pihak lain. Pak Prabowo itu tidak bisa diancam, ditakut-takuti oleh pihak lain sehingga keputusannya dapat berubah-ubah dalam beberapa menit.
Maksud Anda Prabowo adalah karakter yang kuat?
Kalau yang lain itu kan bisa diperlakukan seperti itu kan? Keputusan yang sudah ditetapkan bisa berubah karena tekanan-tekanan pihak lain, dan sebagainya.
Inpres saja dalam waktu beberapa jam bisa berubah. Nah, kita butuh pemimpin yang punya pendirian kuat, punya keyakinan kuat, dan Pak Prabowo punya itu. Bang Sandi juga punya karakter yang sama.
Dia tidak pernah takut untuk meninggalkan posisinya sebagai wakil gubernur. Pun juga dengan saya, ketika saya melihat mereka seperti itu, mengapa saya harus takut berhenti dari Pegawai Negeri Sipi,l misalnya, karena mereka sendiiri berani.
Salah satu alasan saya mau bergabung itu kan karena itu, mereka punya karakter, mereka berani berkorban. Saya bilang, meskipun saya berkorban, pengorbanan saya itu kecil kok, cuma berhenti sebagai PNS.
Jadi Anda sudah benar-benar berhenti jadi PNS?
Sudah. Saya kan sudah berhenti. Semenjak saya diminta untuk menjadi koordinator juru bicara oleh Pak Prabowo dan Bang Sandi saya memutuskan untuk berhenti menjadi pegawai negeri.
Tapi Anda masih mengajar di Untirta (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)?
Mengajar sekarang ini stop dulu, karena kesibukan sebagai kordinator jubir ini kan.
Itu berhenti karena inisiatif pribadi atau karena memang ada desakan?
Pribadi.
Prabowo-Sandi ini mungkin bisa dikatakan memang sudah mempunyai massa yang loyal, tapi jumlah swing voters masih tinggi. Bagaimana strategi BPN untuk merebut suara swing voters?
Itu tadi. Swing voters itu kan pasti mereka melihat program. Itu pertama, kemudian karakter kepemimpinan, kemudian platform atau visi misi keduanya. Kemudian yang paling penting adalah isu kami ini menawarkan permasalahan inti untuk swing voters.
Nah, survei kami mengatakan, ada tiga permasalahan inti. Pertama isu harga-harga mahal, kedua lapangan pekerjaan yang sulit, dan ketiga adalah isu korupsi. Tiga hal ini yang selalu masuk sebagai keluhan masyarakat, begitu juga swing voters, selain tentu mereka melihat karakter itu tadi ya.
Makanya tiga isu itu yang selalu dimainkan?
Iya. Itu makanya kenapa Bang Sandi selama ini selalu menawarkan solusi terkait dengan barang-barang yang mahal, isu lapangan pekerjaan, kemudian terkait dengan korupsi. Kalau di-breakdown lagi terbagi menjadi tiga hal ini terkait dengan harga-harga yang mahal dan isu lapangan pekerjaan ini yang selalu disampaikan di pasar, kelompok petani. Dan dua lagi kelompok segmented, kelompok emak-emak dan kelompok anak muda.
Sejak awal, Prabowo-Sandi langsung menyasar kelompok emak-emak. Apakah mereka sangat signifikan?
Kelompok emak-emak ini disasar karena mereka itu kelompok yang paling merasakan. Harga-harga kebutuhan pokok mahal, pendidikan mahal, pendidikan sulit, lapangan pekerjaan sulit,itu semua korban utamanya adalah emak-emak.
Makanya kemudian Bang Sandi itu melihat segmen emak-emak ini yang utama. Itulah mengapa segmen emak-emak ini bagi kami adalah jantungnya demokrasi, saya biasa menyebut segmen emak-emak ini sebagai jantungnya peradaban indonesia.
Bagaimana dengan anak muda?
Nah, kedua, segmen anak muda. Anak muda ini adalah masa depan. Mengapa Pak Prabowo mengatakan Indonesia ini bisa punah kalau tidak bisa dijaga. Itu adalah bahasa masa depan. Harus muncul kesadaran kolektif bagi anak muda, jangan sampai kita diwarisi peradaban bangsa yang rusak.
Jadi perspektif Pak Prabowo itu adalah perspektif masa depan. Beliau sejak 20 tahun yang lalu itu selalu berbicara tentang revitalisasi pertanian pangan.
Kenapa begitu? Survei The Economist 2015 mengatakan, ke depan, negara yang paling siap dengan pangan itu cuma dua benua, Eropa dan Amerika Utara. Mereka revitalisasi pertanian. Sedangkan kita industrialisasi yang kemudian industrialisasinya nanggung. Bahasa Pak Prabowo begini, kita ini tidak boleh membangun di Indonesia, tapi harus membangun Indonesia.
Maksudnya? Bisa dideskripsikan?
Beda lho membangun di Indonesia dengan Membangun Indonesia, artinya apa? Investor dari mana pun masuk, tapi kita harus tetap berdaulat. Makanya Pak Prabowo selalu bilang, inti dari ekonomi itu adalah Tanah, maka jangan pernah sekali-kali itu memberikan tanah itu kepada bangsa lain, karena ketika kita kehilangan tanah maka kita akan punah.
Kemudian inti yang satu lagi adalah air. Ketika kita kehilangan air, maka kita kehilangan bangsa ini. Jadi tidak boleh itu tanah dan air kita dikuasai oleh investor. Bukan berarti Pak Prabowo anti-asing, tidak. Sangat welcome dia, tapi kemudian yang harus mengendalikan atau yang harus mengontrol itu adalah kita. makanya dia selalu disampaikan, negara ini ekonominya adalah ekonomi konstitusi, yaitu ekonomi sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945.
Jadi apa yang akan dilakukan untuk anak muda?
Nah, anak muda itu harus dibangun kesadarannya itu. jadi kalimat-kalimat Pak Prabowo itu adalah kalimat-kalimat yang mengajak anak-anak muda agar memiliki kesadaran kolektif agar negara ini harus visioner. Pembangunannya itu harus melihat masa depan. Selain itu tentu ada beberapa segmen lain lagi seperti profesi, dan lainnya.
Tapi memang kelompok emak-emak dan anak muda ini sangat diperhatikan oleh BPN ya?
Iya, emak-emak dan anak muda. Kalau Pak Prabowo nanti akan lebih dekat ke petani, buruh.
Seberapa besar kontribusi emak-emak dan anak muda untuk Prabowo-Sandi?
Besar sekali yaa. Satu bulan ini saja kita merasa ada peningkatan elektoral sampai 15 persen, dari 30 sampai 45 persen keatas, dan kami yakin di Januari itu geraknya akan lebih cepat, dan kami yakin Januari kita bisa mengalahkan Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf.
Targetnya berapa suara ?
Tentu menang target kita. Di atas 50 persen.
Mana saja daerah-daerah tertentu yang menjadi basis suara Prabowo-Sandi?
Sumatera basis Pak Prabowo-Sandi, Sulawesi, Kalimantan, dan pertarungan kami sekarang, kami merasa pertarungan kami di Jawa Tengah. Tadi malam saya dikabari sama teman-teman yang menangani Solo, itu banyak di sekitar sumber daerahnya Pak Jokowi, banyak yang minta tempatnya itu dijadikan posko pemenangan Prabowo-Sandi. Jadi kami melihat di Jawa Tengah di beberapa daerah kelompok-kelompok mereka yang mengaku marhaen, mereka melihat Pak Jokowi sudah tidak marhaen lagi. Jadi keberpihaknnya justru ke konglomerasi, tidak pada wong cilik. Nah, kami melihat ada kekecewaan yang akumulatif di sana, tentu kita mau memaksimalkan itu di sana, di Solo Raya. Makanya kenapa kemarin Bang Sandi bilang bahwa kita akan membikin posko lebih banyak di Jawa Tengah.
Kenapa beberapa pekan ini Pak Prabowo itu menyalahkan media yang dianggap tidak peka, tidak berimbang segala macamnya? Apakah memang Pak Prabowo merasakan seperti itu, atau memang ingin memancing perhatian saja?
Pertama, bahwa media memang berpihak kan memang itu ada. Bukan hanya Pak Prabowo, saya juga merasakan seperti itu, kami juga merasakan seperti itu. Industri media tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai pilar demokrasi, tapi justru jadi alat kekuasaan, alat pemilik modal. saya rasa teman-teman mengerti betul lah itu, karena teman-teman yang merasakan langsung, bagaimana teman-teman yang di lapangan sungguh-sungguh cari berita, ketika berita itu masuk ke meja redaksi, intervensi bisa terjadi.
Tapi kan tidak semua media seperti itu?
Pak Prabowo pada prinsipnya menghargai teman-teman media yang bekerja di lapangan, tetapi tentu kritik Pak Prabowo ditujukan kepada mereka yang memegang kendali pada media itu yang tidak fair, jadi itu yang selalu dikritik. Pak Prabowo tidak pernah marah dengan teman-teman media di lapangan, yang di kritik itu mereka yang pegang kendali dan yang mengintervensi pemberitaan. Karena beliau tahu persis bagaimana teman-teman media yang bekerja di lapangan.
Jadi kritik Pak Prabowo itu pada tataran itu. Karena bukan hanya Pak Prabowo saja yang merasakan itu, kami pun merasakan itu. Gampang kok merasakan itu. jadi beliau sedang mengingatkan pemilik modal, pemilik media, jadi jangan sampai teman-teman pewarta itu menerjemahkannya bahwa Pak Prabowo benci dengan teman-teman media, tidak. Pak Prabowo itu benci dengan ketidakadilan yang dipraktekan dengan pemilik modal media.
Artinya memang itu berangkat dari kekesalan beliau sendiri terkait dengan manajemen atau pemilik modal media yang tidak netral?
Iyaa..
Karena ada kesan atau anggapan Pak Prabowo ini sengaja ingin menimbulkan kontroversi agar dapat diingat oleh publik seperti hal nya Donal Trump di Amerika. Bagaimana tanggapan anda?
Begini, salah satu kelemahan Pak Prabowo, dia itu tidak paham dengan pencitraan-pencitraan, dan beliau selalu nolak kalau diusulkan untuk melakukan itu. Saya berulang kali menawarkan ke beliau, Pak kalau di depan media bapak agak bersimpatik atau gimana lah. Dia jawab apa? Itu bukan gue, nil. Misalnya anda paksa Pak Prabowo untuk memakai baju milenial misalnya, itu dia tidak akan mau. Kenapa? Dia bilang, Dahnil, yang namanya Prabowo itu adalah baju coklat berkantong empat, itu Prabowo, katanya. Jadi Prabowo itu tidak harus pakai jaket, naik ini itu, gak bakal mau itu dia pencitraan seperti itu. Mau disetting gimana pun dia susah disetting, pokoknya suka-suka dia aja, dia mau ngapain itu yaa memang dia seperti itu karakternya, itu lah otentisitas Pak Prabowo.
Kubu sebelah dan beberapa pengamat mengatakan bahwa model kampanye Prabowo itu mirip-mirip Donald Trump di Amerika, seperti kampanye Presiden Brazil dengan membangun pesimisme, menebar ketakutan, dan sebagainya. Bagaimana anda menanggapi itu?
Sekali lagi saya koreksi,kalimat pesimisme dan ketakutan itu adalah bahasa mereka, bahasa rival politik Pak Prabowo. Kenapa? Karena itu sebenarnya adalah kalimat mereka yang takut kalah gitu loh.. kenapa takut kalah? Karena fakta-fakta kelemahan atau kritik kita itu kemudian dibilanglah itu pesimis, itu ketakutan. Padahal sebenarnya itu adalah ekspresi mereka karena takut kalah.
BIsa sebutkan contoh yang Anda maksud?
Coba perhatikan, yang dilakukan mereka adalah misalnya ketika kita kritik soal data pengangguran dengan menggunakan data BPS, apa yang mereka bilang? Mereka bilang kita sedang berbohong. Jadi memang mereka sedang membangun stigma. Jadi menurut saya sih, rezim ini memang rajin membangun stigma. Contoh, kami yang dekat dengan kelompok islam, atau misalnya saya yang terus terang tidak memilih Ahok atau teman-teman yang tidak memilh Ahok itu distigmanya apa? Anti-toleransi, Anti-Pancasila.
Akhirnya narasi yang mereka bikin, “Saya Pancasila, Saya yang paling Pancasila,” dan sebagainya.. Nah, orang-orang yang sering ngomong Islam-Islam itu dibilang anti-NKRI. Jadi memang rajin bikin stigma. Kemudian orang yang rajin mengkritik dibilanglah orang pesimis, padahal yang disampaikan fakta, yang disampaikan adalah ingin membangun kesadaran publik.
Bagaimana kita bisa menyelesaikan satu masalah, tapi kita tidak paham masalahnya. Jadi publik itu jangan ditutup-tutupi dong masalahnya supaya kemudian ada kesadaran bersama untuk bergerak bersama memperbaikinya, kan begitu harusnya.
Terkait dengan tudingan Pak Prabowo itu mengikuti gaya Trump apakah itu benar?
Pak Prabowo itu bukan penggemar Trump, beliau tidak tahu sama sekali soal itu. yang dilakukan Pak Prabowo sekarang kan sebenarnya sama dengan apa yang dilakukan beliau jauh sebelum masa kampanye ini. Misalnya ada yang bilang Prabowo mengutip istilah Trump dengan mengatakan “Make Amerika Great Again” dengan menyebut “Make Indonesian Great Again”, itu nasionalisme. Jadi yang ingin disampaikan Pak Prabowo Indonesia ini harus hebat, nasionalistik.
Kalau kita lihat kecendrungan dunia sekarang itu, coba perhatikan negara-negara lain, sekarang ini nasionalismenya bangkit lho, dunia itu sekarang arahnya itu proteksi, Amerika berusaha memproteksi masyarakatnya dengan sedemikian rupa, Eropa berusaha memproteksi masyarakatnya luar biasa dari imigran, dan sebagainya. Inggris bahkan sampai keluar dari Uni Eropa, kenapa? Karena mereka merasa terancam.
Nah, kesadaran kolektif dunia itu muncul untuk itu. tapi kita sekarang ini membebaskan seakan-akan welcoming seperti itu, sementara negara-negara lain berusaha melakukan proteksi, terus kita mau membuka, berbahaya gak? Berbahaya dong. (viva)