Pesan tersebut diperdengarkan melalui saluran suara lantaran Habib Rizieq Shihab tidak berada di Indonesia.
Dilansir TribunWow.com dari acara Apa Kabar Indonesia yang ditayangkan tvOne, Sabtu (28/7/2018), Habib Rizieq meminta partai-partai seperti PAN, PKS, PBB, dan Gerindra membuka pintu untuk parpol lainnya, termasuk Demokrat.
“Saudara-saudara kita, dari Partai-partai Gerindra, PKS, PAN dan PBB sebagai lokomotif perjuangan penegakan keadilan, serta kita pun harus selalu terbuka untuk partai-partai lainnya yang ingin bergabung untuk membela agama, bangsa, dan negara, apalagi partai besar seperti Partai Demokrat,” kata Habib Rizieq.
Habib Rizieq berharap mereka yakin jika koalisi yang didukung oleh habib dan ulama akan memiliki kekuatan yang dahsyat.
Tak hanya itu, ia juga ingin dalam Ijtima Ulama dan Tokoh Bangsa tersebut dapat direkomendasikan siapa capres dan cawapres yang akan maju di Pilpres 2019.
“Melalui Ijtima Ulama ini kita juga berharap akan mampu merekomendasikan calon presiden dan calon wakil presiden 2019,” sambungnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua DPP Gerindra Sodik Mudjahid yang turut hadir dalam acara itu mengungkapkan jika saat ini semangat GNPF bukan lagi karena pelecehan agama, melainkan semangat persatuan antara kaum agamis dan nasionalis, hingga semangat perubahan.
Ia menuturkan jika ulama yang hadir cukup represntatif, baik dari ulama 212 maupun ormas lainnya.
“Walaupun tidak 100 persen seluruh ulama yang ada di Indonesia, tetapi oleh ulama yang disimbolkan oleh 212 itu terwakili,” kata Sodik.
Pembawa acara kemudian menyoroti pernyataan Prabowo yang mengaku ‘siap mundur demi kepentingan rakyat’.
Sodikpun membenarkan hal tersebut.
“Pak Prabowo memang begitu, ketika kami Gerindra, Oktober tahun lalu itu meminta Pak Prabowo untuk jadi presiden, pernyataan beliau adalah ‘hanya jika saya bermanfaat bagi bangsa, maka saya siap untuk menerima amanah kalian memajukan kami menjadi presiden’, jadi ketika bangsa, umat tidak memintanya, beliau sangat lugas menyatakan seperti itu,” ungkap Sodik.
Sodik lantas menjelaskan jika hingga saat ini Prabowo tidak mundur adalah karena permintaan dari rakyat dan umat.
Sementara itu, Ketua DPP PKS Leidia Hanifa menyebut acara ini tidak terjadi begitu saja.
Leidia mengatakan jika dalam acara tersebut, nama capres yang diusung sudah mengerucut.
Simak selengkapnya dalam video di bawah ini.
Diberitakan Tribunnews, Direktur Pencapresan DPP PKS Suhud Aliyudin mengatakan jika hasil rekomendai ‘Ijtima’ Ulama yang digelar GNPF akan menjadi bahan pertimbangan Majelis Syuro PKS dalam menentukan sikap soal capres cawapres di Pilpres 2019.
“Apa yang difatwakan menjadi acuan yang diambil GNPF, kami jadikan salah satu yang dipertimbangkan untuk penetuan capres dan cawapres dalam sidang Majelis Syuro dan jadi keputusan paling final,” ungkap Suhud dalam Diskusi Polemik Bertema ‘Cerita Di balik Drama Copras Capres’ di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (28/7/2018).
Beberapa tokoh tampak hadir dalam acara Ijtima Ulama itu, seperti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifkli Hasan, dan Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al Jufri duduk berjejer di barisan paling depan.
Selain Prabowo, Anies Baswedan juga turut memberikan pidato sambutan.
Anies Baswedan meyakini Anies yakin sejarah Indonesia bisa terulang kembali dengan keikutsertaan dukungan para ulama.
“Insya Allah sejarah akan kembali. Kita melihat sejarah masa lalu, dan mudah-mudahan akan ada sejarah baru yang ditorehkan Indonesia,” kata Anies di atas mimbar.[tribun]