Dilarang Selfie di Masjidil Haram dan Nabawi!

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menerbitkan nota diplomatik ke sejumlah negara terkait larangan bagi jemaah haji dan umroh berselfie di dalam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Nota diplomatik itu meneruskan kebijakan yang diambil Kementerian Urusan Haji dan Umrah Saudi.

Kepala Biro Humas, Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Agama, Mastuki, membenarkan adanya nota diplomatik dengan nomor 270 tertanggal 15 November 2017. Larangan ini akan disosialisasikan secara lebih luas kepada jemaah dan biro jasa perjalanan haji dan umroh.


" Larangan ini akan kami follow up dengan sosialisasi ke Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU), asosiasi umrah, serta Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) agar diperhatikan dan menjadi materi yang disampaikan ke jemaah sebelum keberangkatan ke Saudi," ujar Mastuki, dikutip dari kemenag.go.id, Kamis, 23 November 2017.

Sebenarnya larangan berselfie di dua masjid suci itu sudah lama berlaku. Larangan itu kembali diterbitkan karena semakin banyaknya jemaah baik haji maupun umroh, khususnya dari Indonesia, yang tidak mengindahkan larangan itu.
Pelarangan itu didasarkan pada pertimbangan terganggunya kekhusyukan jemaah lain yang sedang beribadah. Parahnya, selfie dilakukan di posisi dekat dengan Kabah, Raudah, dan bagian dalam lainnya dari Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, yang tentu banyak orang beribadah di sana.

" Ketika banyak orang ambil gambar atau selfie, pastilah mengganggu perhatian dan kekhusyukan jemaah lain," kata Mastuki.

Persoalan ini sudah lama menjadi perhatian di Saudi. Pada 2014 lalu, laman media Arab News melansir laporan terkait keluhan seputar aktivitas selfie di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dari tahun ke tahun, aktivitas ini semakin meningkat dan menjadi tren yang dinilai justru menjauhkan dari esensi ibadah.

" Di Madinah, saya menjumpai ada keluarga menatap matahari, mengangkat tangan mereka seolah-olah sedang berdoa. Saya tidak tahu pasti apa yang mereka lakukan, namun kemudian saya melihat seseorang berada di depan mereka dan mengambil foto," ujar salah satu jemaah yang berprofesi sebagai guru Agama Islam di Riyadh, Zahra Mohammad.

" Saya juga melihat jemaah di Masjidil Haram berselfie dengan latar belakang Kabah lalu foto tersebut diunggah di Facebook," ucap dia melanjutkan.
Sejumlah ulama Saudi juga menyoroti persoalan ini. Beberapa di antaranya seperti Syeikh Assim Al Hakim, seorang ulama Jeddah.

" Fotografi tanpa alasan yang jelas merupakan isu yang menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama. Terlepas dari adanya perbedaan pandangan, seharusnya tidak ada perselisihan jika dikaitkan dengan makna haji dan esensi di baliknya," kata Syeikh Assim.

" (Ibadah) ini didasarkan pada ketulusan dan mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW ketika melaksanakan haji berdoa, 'Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ibadah (haji) yang tidak mengandung kemegahan atau riya'. Berselfie atau mengambil video seperti itu bertentangan dengan kebiasaan Nabi," ucap dia melanjutkan.


Sementara, ulama senior Syeikh Abdul Razzaq Al Badr menyindir kebiasaan berselfie yang dilakukan para jemaah haji maupun umroh. Dia mengingatkan, Rasulullah Muhammad SAW pernah berdoa agar ibadah haji dijauhkan dari unsur riya.

Syeikh Al Badr mengatakan doa itu diucapkan di Miqat, dan setelah doa diikuti upaya menahan hawa nafsu.

" Tapi sekarang di Miqat banyak orang berfoto sebagai kenang-kenangan. Mereka berfoto saat tawaf, di Arafat, bahkan ketika melontar jumroh di Jamarat," ucap dia.

Syeikh Al Badr pun menyindir perilaku para jemaah yang seolah-olah tujuan perjalanan mereka adalah untuk berfoto dan bukan ibadah.

" Dan saat mereka kembali ke rumahnya, mereka bilang, 'Sini, lihat saya, ini saya ketika di Arafat, ini saya ketika di Muzdalifah! Dan kita sering melihat orang-orang banyak berpose mengangkat tangan untuk memperlihatkan kerendahan hati dan kepasrahan. Setelah difoto, mereka menjatuhkan tangan mereka," tutur dia. (ism)

Sumber : http://bit.ly/2iKQdye

Subscribe to receive free email updates: