Wanita ini Selalu Kirim Uang Diam-diam ke Ibu, Tiba-tiba Mertua Kirim SMS yang Isinya Bikin Nangis


Aku lahir dan besar di pedesaan.

Dirumah masih ada saudara laki-laki dan perempuan yang bersekolah.

Kemudian aku menikah dan pindah untuk tinggal dikota.

Ketika pertama kali aku dikenalkan ke keluarga suami, calon ibu mertua mengancam untuk tidak memberi izin anaknya untuk menikah denganku.

Dia adalah wanita yang sangat ketat dan perfeksionis.

Setelah melihat diriku, tatapan calon ibu mertua terasa sangat mengerikan, terasa sekali dia tidak senang denganku.

Kemudian suamiku mengatakan bahwa sebenarnya ibunya memiliki seorang teman dengan anak perempuan yang belajar di luar negeri.

Dia bermaksud menjodohkannya dengan putranya itu, tapi putranya tidak mau dan mengatakan bahwa dia hanya ingin menikah denganku.

Sehingga sikap ibunya sedikit tidak puas, pacarku mengatakan bahwa sebetulnya ibunya sangat baik, nanti juga dia akan mengerti.

Setelah menikah, aku dan suami sama-sama bekerja.

Penghasilan suamiku cukup besar.

Kukatakan pada diriku sendiri bahwa meski sudah menikah, tapi uangnya harus jelas.

Aku juga ingin menghemat uang dan mengirim untuk orang tua di rumah, karena aku juga tahu, orangtuaku di desa juga agak kesulitan secara ekonomi.

Tapi bagaimana jika sampai ibu mertua tahu, dia sangat pemarah.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengirim uang secara diam-diam bahkan tanpa sepengetahuan suami.

Ibuku bukan orang yang serakah, jadi dia hanya menghubungiku untuk meminta uang, saat dia benar-benar membutuhkannya.

Tapi tetap, aku akan mengirimi uang secara rutin untuknya setiap bulan.

Biasanya hanya sejumlah kecil, dan paling banyak pernah sampai Rp. 3 juta.

Suatu ketika, aku sedang berada di rumah dan suamiku belum pulang kerja.

Saat itu seluruh keluarga sedang menonton televise.

Ibuku tiba-tiba menelepon.

Ibu sangat jarang sekali menelepon, jadi aku berpikir, kali ini mungkin ibu menelepon karena ada suatu hal yang penting.

Aku berpikir bahwa mungkin ibu perlu uang, jadi aku pergi ke kamar mandi untuk menjawab teleponnya.



Ibuku mengatakan bahwa adikku yang nakal memanjat pohon dan jatuh, sekarang harus dibawa ke rumah sakit tapi ibuku tidak punya uang.

Ketika mendengarnya, aku sangat khawatir sehingga sedikit berbicara dengan keras.

Tapi kemudian tiba-tiba aku menyadari bahwa aku harus berbicara dengannya dengan pelan dan mengatakan kepadanya untuk tidak terlalu khawatir.

Kirimkan saja ke rumah sakit, dan soal biaya rumah sakit, aku akan segera mentransfernya ucapku saat itu.

Selesai menelepon aku berniat untuk mentransfer uang ke ibuku, tapi ternyata uang di rekening tidak ada.

Jadi aku harus menunggu sampai besok saat bank buka, menyetorkan uang tunai dan baru bisa mentransfernya.

Luar biasa, keesokan paginya aku sibuk sekali sampai lupa untuk ke bank.

Sekitar pukul 12 siang, tiba-tiba telepon berdering, itu adalah pesan sms dari ibu mertua, dia tidak pernah mengirim sms selama ini, ada apakah?

Apakah kemarin aku bicara terlalu keras di kamar mandi sampai dia mendengar kalau aku mau mengirim uang?

Jantungku berdegup kencang namun tetap harus membuka pesan.

Akupun membuka pesannya.

Dia berkata, “Nak, ibu baru baru saja menyuruh suamimu untuk mengirim uang untuk keluargamu, keluargamu berada dalam kondisi kritis, kenapa tidak meminta bantuan?”

Aku kaget, dan kemudian berpikir, ibu mertua pasti mendengar pembicaraanku kemarin di kamar mandi.

Tapi aku benar-benar tidak menyangka dia akan berbuat seperti itu, melihat dari sikap dan perilakunya selama ini.

Tiba-tiba suamiku berteriak dan bertanya mengapa tidak memberitahunya bahwa adikku terluka parah dan harus dirawat.

Dia mengatakan bahwa dia sudah mentransfer uang ke ibuku dan akhir pekan ini kami akan pulang untuk menengok keluargaku.

Aku tergerak dan hampir menangis, selama ini ibu mertua hampir tidak pernah memberiku bahkan satu senyuman saja.

Aku mulai merasa malu, selama ini diam-diam mengirim uang, curiga pada ibu mertua, dimana faktanya benar seperti yang dikatakan suamiku dulu bahwa sesungguhnya ibunya adalah orang yang baik.

Ada beberapa hal, yang jika sebetulnya kita mau saling terbuka satu sama lain, maka tidak perlu ada begitu banyak kecurigaan dan kesalahpahaman.

Kita diciptakan untuk bisa berkomunikasi.

Jadi, berkomunikasilah, terbukalah terhadap yang lain jika ada kesulitan yang kita rasakan.

(asmanih/rp)

Subscribe to receive free email updates: