Kado Ahok Untuk 100 Hari Kepemimpinan Anies-Sandi di Jakarta


 


Infoteratas.com - Memperingati 100 hari kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan dan Wakilnya Sandiaga Uno yang baru lewat beberapa hari yang lalu, Ahok memberikan kado berupa kehadiran Flyover Pancoran. Banyak media pemberitaan yang memberitakan bahwa kehadiran flyover tersebut diharapkan dapat mengurangi kemacetan hingga 60 persen.

Mungkin karena bermaksud mengecilkan prestasi Ahok, Sandi yang meresmikan flyover tersebut mengatakan bahwa Flyover Pancoran hanya mengurangi kemacetan 15 sampai 17 persen. Sedangkan pengakuan berbeda dari pihak Kepolisian yang turut serta ikut melakukan uji coba kemarin, mengatakan kemacetan akan berkurang sampai 50 persen di jalur tersebut.

Peresmian Flyover Pancoran sendiri dilakukan oleh Sandiaga Uno, tanpa kehadiran Anies Baswedan. Itupun dilakukan dengan terburu-buru ala slonong boy tanpa formalitas, mencoba agar tidak menarik perhatian publik.

Walau demikian, di tengah kesemrawutan gonta-ganti kebijakan yang dilakukan Gubernur DKI ini, tetap tidak bisa membendung kehadiran proyek-proyek infrastruktur Ahok yang satu per satu mulai tuntas di DKI Jakarta. Proyek insfrastruktur Ahok yang jumlahnya sampai belasan proyek, siap-siap untuk diresmikan secara buru-buru dan senyap oleh keduanya.

Ke depan masih masih ada berbagai proyek infrastruktur yang tengah digarap yakni flyover Cipinang-Lontar yang penyelesaiannya sudah mencapai 80 persen, flyover Bintaro, underpass Mampang- Kuningan, underpass Kartini, underpass Matraman.

Selain itu, pembangunan LRT Cawang-Dukuh Atas, LRT Velodrome-Kelapa Gading, pembangunan ruas tol dalam kota koridor Sunter-Pulogebang, pembangunan Tol Depok-Antasari, dan Tol Becakayu.

Belum termasuk pengerjaan RTH yang tengah digarap di Lapangan Banteng, sebagai kelanjutan proyek RTH Kalijodo. Perancangnya sendiri mengakui bahwa RTH Lapangan Banteng akan jauh lebih spektakuler dan keren dari Kalijodo. Jelas ide itu digagas Ahok bersama arsitek RTH Kalijodo, ketika beliau masih memimpin dulu.


Selain itu juga, renovasi Velodrome Rawamangun yang ditargetkan rampung bulan Mei 2018 untuk menyambut Asean Games 2018. Velodrome tersebut akan menjadi velodrome yang termegah di Asia, menyaingi velodrome yang digunakan pada Olimpiade London 2012 lalu.



Sebagian besar proyek-proyek tersebut semasa kepemimpinan Ahok ditargetkan selesai sebelum 2018. Yang sayangnya terpaksa harus molor karena beliau tersingkirkan. Sementara pemimpin yang baru, begitu menjabat, bukannya mengawasi dan mengawal proyek-proyek tersebut agar dapat selesai tepat waktu, malah lebih sibuk bagi-bagi APBD. Serta mencari pencitraan melalui berbagai ide dan aksi konyol yang bukannya memajukan Jakarta malah memundurkan Jakarta.

Ahok masih menyimpan kejutan-kejutan yang bakal menampar Anies-Sandi selama pemerintahan mereka di DKI yang entah sampai kapan bertahan. Pasti publik akan menikmati hasil-hasil proyek peninggalan Ahok ini yang tetap akan bersinar di tengah kacaunya pemerintahan DKI yang dipegang mereka berdua. Karya-karya fenomenal Ahok bagaikan bintang yang berkelap kelip mendampingi Tjahaya Purnama menyinari Kota Jakarta di malam yang gelap.

Itulah berbagai warisan Ahok yang akan mewarnai pemerintahan Anies yang gagap dan gagal dalam menata kebijakan yang tepat dan efektif buat kota Jakarta ini. Anies hanya berfokus pada kontrak politiknya saja yang sudah kadung banyak diumbar di berbagai pelosok Jakarta untuk mencari simpati guna modal dia menjelang pilpres 2019 nanti.

Anies tersandera oleh lidah dan batinnnya karena terikat janji manis menyenangkan pendukung, tujuannya bukan untuk memajukan kota Jakarta. Asal pendukung senang, dia tidak peduli meski harus menabrak aturan dan undang-undang.

Harapan dan impian JK yang meminta Anies untuk membawa Jakarta masuk 100 kota terbaik dunia hanya akan tergantung di awang-awang. JK yang sangat berharap agar Anies dapat mempercantik Ibu Kota tapi sayangnya Anies malah melakukan sebaliknya, inilah refleksi dari orang yang lebih besar mulutnya daripada kerjanya. Lebih besar ambisi daripada prestasi.

Kalau memang terpilih dengan proses yang busuk dan kotor maka hasilnya juga busuk dan kotor. Nilai estetika sama sekali tidak ada, pandangan yang jauh ke depan alias visioner pun tidak punya, malah mau mengembalikan Jakarta ke zaman old alias zaman Sunda Kelapa. Itu memang janjinya saat di Kelapa Gading Jakarta Utara. Mungkin karena merasa dia adalah titisan Gabener Jenderal jaman Belanda.(indovoices.com)

Subscribe to receive free email updates: