"Suruh dia hitung bawa ke sini saya cium kakinya kalau saya salah," kata Luhut di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Jakarta, Senin (25/6/2018).
Luhut mengatakan, pembangunan LRT menggunakan model standar dari Prancis. Dia bilang, pembangunan ini telah memenuhi standar internasional.
"Kami itu pakai anak-anak muda yang hitung semua dan kita pakai standar dari Prancis. Jadi modelnya ini kita beli model yang sudah Perancis, yang nanti kita bisa jual juga ke orang lain. Sudah ada studinya. Standar-standar internasional sudah kita penuhi. Sangat kita penuhi," jelas Luhut.
Luhut pun menuturkan, lebih baik tidak ikut bicara mengenai LRT jika tidak mengerti.
"Jadi nggak usahlah, kalau nggak ngerti nggak usah ngomong," kata dia.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengaku ikut curiga dan menduga ada mark up di proyek pembangunan light rapid transit (LRT) di Indonesia. Dia mempertanyakan kenapa tiang LRT tinggi-tinggi.
"Curiga saya itu. Orang curiga. Saya juga curiga," kata Fahri Hamzah, di DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (25/6/2018).
Menurut Fahri, pembangunan LRT di Indonesia terlihat ganjil. Keganjilan menurutnya pada pembangunan tiang pancang LRT yang disebutnya terlalu tinggi.
"Kenapa bikin LRT tiangnya tinggi-tinggi, ya kan. Bikin saja LRT di bawah tanah. Supaya nggak perlu ada biaya tiang. Tiangnya tinggi-tinggi, mahal banget itu," ujarnya.
Selain berbahaya, Fahri mengatakan, dari informasi yang didengarnya, pembangunan tiang pancang yang tinggi itu sebetulnya tidak diperlukan. Ia pun meminta dilakukannya audit terhadap anggaran pembangunan LRT.
"Ada analisis kalau itu tidak diperlukan di situlah terjadi tambahan biaya. Jadi saya dengar ini bukan cuma di Palembang. Tapi di seluruh tempat yang dibangun tiang-tiang itu di situ ada tambahan biaya yang harus diantisipasi," kata Fahri.[dtk]