Pernyataan Sri Mulyani Percepat Kejatuhan Pemerintahan Jokowi

Jiromedia.com - Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) bahwa melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebagai penyesuaian yang normal, dikritisi.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono menegaskan kalau pernyataan SMI itu sebagai upaya untuk memanipulasi fakta bahwa perekonomian Indonesia sudah di ambang krisis.

"Banyak pencitraannya, menyembunyikan kebenarannya. Kemudian manipulasi fakta-fakta terus," tegasnya saat ditemui di Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta Pusat, Jumat (29/6).

Sebelumnya, Menkeu SMI memang menyatakan kalau nilai tukar rupiah yang kian merosot akibat dari faktor eksternal maupun internal. Namun pemerintah katanya terus berupaya mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi pelemahan kurs rupiah.

Menurut SMI, selama kurs rupiah masih mencerminkan fundamental dan tidak mengubah kekuatan ekonomi atau tidak bergerak jauh dari faktor positif maka hal itu merupakan sebuah penyesuaian yang sangat biasa alias normal.

Diketahui, saat SMI mengeluarkan pernyataan itu rupiah sudah menyentuh angka Rp 14.328 per dollar AS. Terkini nilai tukar mata uang dalam negeri sudah mencapai lebih dari Rp14.400.

"Masa pernyataan Menkeu menyatakan bahwa itu merupakan indikasi untuk ke penyesuaian yang baru. Penyesuaian yang baru itu setahu saya kemarin diinformasikan dari Istana 16.000, coba? Padahal ini menurut saya pelemahan rupiah yang diakibatkan memang karena fundamen kita sudah hancur. Terus kemudian kalau disampaikan kepada masyarakat bahwa ini sebenarnya normal kan jadi aneh," ketusnya.

Padahal, lanjut anak buah Prabowo Subianto ini, dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar Rp 14 ribu saja pelaku-pelaku usaha yang menggunakan bahan baku utama maupun bahan baku penolong impor, itu semua sudah tak bisa lagi menjalankan usahanya.

"Terus suruh Rp 16 ribu lagi. Ini mau suruh, Pak Presiden Joko Widodo aja yang suruh bunuh diri, jangan rakyat (yang dikorbankan)," sungut Ferry.

Perlu diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dollar yang Rp 14.400-san sesungguhnya sudah mendekati nilai kurs rupiah pada saat krisis tahun 1998 lalu yang mencapai Rp.15 ribu.

Dipertegas soal akan terjadi krisis ekonomi serupa jika pemerintah tak mampu membendung melemahnya rupiah, Ferry mengiyakan. Bahkan kata dia krisis ekonomi kali ini akan lebih para dengan krisis ekonomi yang menyebabkan tumbangnya pemerintahan Orde Baru lalu.

Pasalnya, saat ini, pelaku usaha kecil, menengah dan koperasi yang sebenarnya merupakan fondasi ekonomi bangsa sudah hancur sejak lama.

"Makanya sekarang kalau krisis nggak ada lagi benteng perekonomian terakhir, buffer-nya udah nggak ada. Ya (akan lebih parah) karena nggak ada fondasinya yang menyanggah perekonomian secara nasional. Saya kira Bu Sri Mulyani mempercepat Pak Jokowi jatuh. Bahasanya begitu kali," pungkasnya.[rmol] 

Subscribe to receive free email updates: