Di sisi lain, tak sedikit pula yang menganggap bahwa calon petahana Pilpres 2019 itu cukup tertekan dengan hasil pesta demokrasi di totla 171 daerah tersebut.
Salah satu alasan yang mengemuka adalah melempemnya PDI Perjuangan dimana para jagoannya banyak yang tumbang.
Selain itu, di kubu koalisi parpol oposisi, tak sedikit yang sukses memenangi Pilkada Serentak 2018.
Namun hal itu dibantah salah satu parpol pendukung Joko Widodo yang menyebut bahwa pilkada serentak itu malah lebih banyak dimenangkan oleh parpol pendukungnya.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Hanura Benny Pasaribu kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (1/7/2018).
Karena itu, pihaknya optimis peluang Jokowi untuk memimpin dua periode pun terbuka sangat lebar.
“Hasil Pilkada kali ini menurut kami justru memperkuat posisi dan peluang Presiden Jokowi untuk terpilih dia periode,” ujar Beny.
Dalam data, ia menyebutka bahwa berdasarkan hasil quick count, sekitar 80 dari total 171 daerah dimenangkan oleh cakada dan kader yang diusung oleh parpol pendukung Jokowi.
Kendati pun, di sejumlah daerah, masif digaungkan gerakan dan kampanye #2019GantiPresiden.
Salah satu yang cukup menonjol adalah di Pilgub Jabar dan Pilgub Jateng.
Pada kenyataannya, upaya itu sama sekali tak berpengaruh pada kontestasi politik di Pilkada Serentak 2018.
“Itulah sebabnya, kami menilai agak kebablasan jika ada partai atau sekelompok orang yang kampanye ganti presiden pada saat Pilkada,” hematnya.
Beny mengakui, pilkada kali ini memang menjadi ajang pemanasan untuk Pilpres 2019 mendatang.
Karena itu, tak heran pula jika kemudian di sejumlah daerah cukup kental aroma pilpres.
Justru, hasil pilkada kali ini juga membeberkan bukti bahwa sejatinya masyarakat menolak kampanye ganti presiden yang disebutnya tak etis itu.
“Sesungguhnya warga masyarakat telah memastikan sikapnya untuk menolak adanya kampanye yang tidak etis seperti itu,” ujarnya.
Artinya, lanjut Beny, masyarakat di berbagai daerah juga telah menjatuhkan pilihannya dan menghendaki agar Jokowi bisa melajutkan kepemimpinannya selama dua periode.
“Ini tandanya masyarakat masih ingin masa tugas Presiden Jokowi hingga tahun 2024,” pungkasnya.