Menurut informasi yang diterima, Abu Bakar adalah sosok penting di balik doktrin radikal terhadap tiga keluarga pelaku bom bunuh diri di Kota Surabaya dan Sidoarjo.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Machfud Arifin mengatakan, ada dua orang yang masih diburu polisi.
“Satu di antaranya adalah Abu Bakar. Dia ini gurunya Dita Oeprianto, otak bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pada hari Minggu (13/5),” ujar Machfud saat memimpin konferensi pers di Mapolda Jatim, Selasa (15/5).
Mantan Kadiv TI Mabes Polri itu menjelaskan, melalui Abu Bakar tersebut, Dita pria yang tinggal di Jalan Wonorejo Asri XI, mendapatkan ajaran radikal. Lalu hal itu ditularkan Dita kepada keluarga dan rekannya sesama jaringan di Surabaya dan Sidoarjo.
“Sekarang terus diburu. Mudah-mudahan, segera tertangkap. Teman-teman di lapangan bekerja terus,” ucap jenderal kelahiran Surabaya itu.
Orang nomor satu di Polda Jatim tersebut, menerangkan, hubungan antara Abu Bakar dan Dita diduga sudah berlangsung sejak lama. Sebab, sejak usia Sekolah Menengah Atas (SMA) Dita sudah terkontaminasi ajaran aliran radikal.
“Sejak SMA Dita sudah dapat doktrin itu. Bahkan dia sudah mulai cari-cari sendiri tentang ajaran itu melalui internet dan lain sebagainya,” jelasnya.
Disinggung keterkaitan antara Dita dan pelaku bom di Sidoarjo, Machfud menuturkan masih ada keterkaitan dan masuk dalam satu lingkaran. Sebab, antara Dita dan pelaku di Sidoarjo kerap bertemu di Rungkut.
Sementara itu Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian sehari sebelumnya mengatakan, ada keterkaitan antara jaringan teror di Suriah dengan keluarga yang melakukan bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya Minggu (13/5) lalu.
Keterkaitan itu, kata Tito, terletak pada hubungan antara keluarga pelaku bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya dengan keluarga yang pernah dideportasi oleh pemerintah Turki beberapa waktu lalu.
“Satu keluarga ini adalah salah satu ideologinya kelompok ini, itu yang baru pulang satu keluarganya, ditangkap oleh Turki dan dideportasi ke Indonesia. Nah, pimpinan dari keluarga ini, yang ditangkap Turki ini karena mau ke Suriah itulah yang menjadi ideolog utama kelompok ini,” jelas Tito.
Sekedar diketahui Minggu pagi (13/5) tiga ledakan bom bunuh diri terjadi di Kota Surabaya. Akibat bom tersebut sedikitnya 18 orang tewas, termasuk enam pelaku dan puluhan mengalami luka-luka.
Minggu malam, bom juga meledak di kawasan Rusunawa Wonocolo. Setidaknya tiga orang tewas yang masih satu keluarga. Sementara dua orang anak selamat.
Tak berhenti di situ, Senin pagi (15/5) ledakan bom bunuh diri kembali mengguncang Kota Surabaya. Tepatnya di pintu masuk Mapolrestabes Surabaya. Akibat ledakan tersebut, empat pelaku tewas dan tujuh orang mengalami luka-luka.[psid]